Ayat Renungan:
Matius 4: 2-3, “Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.””
Ibrani 3: 1-2, “Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus, yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun setia dalam segenap rumah-Nya.”
Seorang penulis asal Amerika, Henry Van Dyke pernah berkata, “Selama kebiasaan dan rutinitas kita masih menentukan pola hidup kita, dimensi jiwa yang baru tidak akan muncul.” Kebiasaan itu seperti mesin, tindakan konsisten yang akan menghasilkan produk yang sama secara berulang. Sama seperti saat kita membiasakan diri untuk jajan di pagi hari, maka kita akan mencoba mengulangi kebiasaan ini secara konsisten.
Perubahan hanya akan terjadi ketika kita mau mengubah kebiasaan. Masalah bukan tentang jajan pagi yang kita lakukan, tetapi kepada pikiran kita. Hal inilah yang digambarkan dalam peristiwa ketika si iblis menggodai Tuhan Yesus di padang gurun. Waktu itu dia sedang menjalani puasa 40 hari. Tetapi dengan liciknya si iblis menggodai Tuhan Yesus seperti disampaikan dalam Matius 4: 3, “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Tetapi Tuhan Yesus menolak tawaran tersebut dengan memperkatakan firman Tuhan.
Hal serupa juga dilakukan oleh Musa saat membawa umat Israel ke Tanah Perjanjian. Tuhan memerintahkan mereka untuk menghancurkan musuh-musuh mereka lebih dulu. Karena jika tidak, musuh ini akan menghancurkan mereka. Karena itu untuk mengubah kebiasaan, kita perlu mengubah fokus pikiran kita kepada kebenaran firman Tuhan. Inilah yang ditekankan Rasul Paulus di Ibrani 3: 1-2, “Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus, yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun setia dalam segenap rumah-Nya.”
Saat Tuhan mengajak kita untuk berperang melawan kebiasaan buruk, maka andalkan kebenaran firman-Nya. Sama seperti kebiasaan buruk yang konsisten kita lakukan, kita juga perlu memenuhi hidup kita secara konsisten dengan kebenaran firman Tuhan. Bahkan sekalipun kita sedang berada di puncak gunung bersama Tuhan, musuh akan selalu menunggu kita di kaki gunung dan menggodai kita untuk kembali kepada kebiasaan lama kita; hidup sembarangan.
Jangan biarkan musuh kita berkuasa mengendalikan hidup kita. Sebaliknya, berperanglah dengan tetap fokus kepada kebenaran firman Tuhan sampai musuh kita menyerah. Mungkin sebagian dari kita saat ini sedang bergumul mengubah kebiasaan hidup menjadi lebih baik, jangan pernah lengah teruslah maju taklukkan kebiasaan buruk itu sampai kita menjadi pribadi yang jauh lebih baik.
Action: Kebiasaan apa yang sering membatasi pertumbuhan imanmu selama ini? Melalui renungan pagi ini, mari bersiap memeranginya dengan mengubah fokus pikiran kita kepada kebenaran firman Tuhan. Jika perlu bagikan pergumulan ini kepada orang yang paling kamu percayai dan minta dukungan spiritual agar kamu bisa menaklukkannya.
Ayat Hafalan: Ulangan 8: 2, “Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.”